Prof Indra Wijayakusuma MBA CMA menjadi pembicara dalam Kuliah Umum AACSB: Apa dan Mengapa? yang digelar Forum Komunikasi Mahasiwa Magister Sains FEB UGM (Forkomsi), Jumat (13/3/2015).
YOGYAKARTA – Perjuangan FEB UGM dalam memperoleh akreditasi AACSB International merupakan perjuangan berat dan panjang. Pernyataan ini disampaikan Prof Dr Indra Wijayakusuma MBA CMA dalam Kuliah UmumAACSB: Apa dan Mengapa? yang digelar Forum Komunikasi Mahasiwa Magister Sains FEB UGM (Forkomsi) bersamaan dengan pelantikan pengurus baru, Jumat (13/3/2015).
Prof Indra mengatakan, proses memperoleh akreditasi AACSB membutuhkan pengorbanan waktu. Dijelaskan, gagasan untuk mendapatkan akreditasi dari AACSB sudah muncul ketika FEB UGM dipimpin oleh Prof Dr Bambang Sudibyo MBA.
Pada 2005, Prof Ainun Na’im MBA PhD yang saat itu menjabat sebagai Dekan FEB UGM, memutuskan untuk mendaftar sebagai anggota AACSB. “Setelah itu, ada Prof Dr Lincolin Arsyad MSc, lalu Prof Marwan Asri MBA PhD, dan dekan yang sekarang Prof Wihana Kirana Jaya MsocSc PhD. Jadi total ada empat dekan sejak kita mendaftar sampai secara resmi kita mendapatkan akreditasi AACSB,” terang Prof Indra.
Selain membutuhkan waktu yang panjang, perjuangan berat juga harus dijalani seluruh komponen di FEB UGM, termasuk dosen. “Kami harus mengubah budaya yang tadinya riset hanya untuk naik pangkat sekarang harus dituntut untuk publikasi. Itu merupakan salah satu syarat meraih AACSB,” ujar Prof Indra.
Oleh karena itu, lanjut Prof Indra, mahasiswa Program Magister Sains dan Doktor (MD) FEB UGM patut bersyukur dan bangga, karena telah menjadi bagian dari sekolah bisnis pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi AACSB. “Lulusan kita dijamin lebih baik dari S2 atau S3 di universitas lain di Indonesia, karena standarnya sudah terjamin. Bahkan kalau dibandingkan dengan program MBA atau MAcc di Amerika sekalipun, standar kita lebih berat,” ujar Prof Indra.(aht)