Alyta Shabrina Zusryn dan Rizqi Umar Al-Hahfi, alumni MD FEB UGM.
23 Oktober 2019, kami berkesempatan untuk mewawancarai Alyta Shabrina Zusryn atau sering dipanggil Mbak Alyta. Dikesempatan tersebut, kami berhasil menanyakan beberapa hal terkait keberhasilan Mbak Alyta dan tim dalam memenangkan ajang Forum Riset Ekonomi dan Keungan Syariah (FREKS) 2019. Pada wawancara tersebut, Mbak Alyta menyebutkan bahwa timnya terdiri dari tiga orang, yaitu Rizqi Umar Al-Hahfi (alumni MD UGM), Abdul Qayyum (Dosen FEBI UIN Sunan Kalijaga), dan Alyta Shabrina Zusryn (alumni pengurus Forkomsi, alumni MD UGM, dan dosen FEB Universitas YARSI). Mbak Alyta dan tim masuk dalam kategori madya karena memenuhi kualifikasi untuk kategori tersebut. Total terdapat 200 paper yang dikirimkan untuk kategori madya dan hanya 9 finalis yang berhasil lolos untuk kategori tersebut.
FREKS 2019 merupakan acara yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keungan (OJK) dan DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) serta bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sebagai tuan rumah. Tema yang diangkat tahun ini adalah “Peningkatan Daya Saing Keuangan Syariah Melalui Inovasi dan Sinergi Menuju Responsible Finance and Investment dalam Rangka Mendukung Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional”. Lomba ini diadakan pada tanggal 15 sampai 16 Oktober 2019. Sedangkan, judul penelitian yang diusulkan oleh Mbak Alyta dan tim adalah “Apakah Investor Islamic Socially Responsible Investment (ISRI) menguntungkan?”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji kinerja saham-saham yang masuk di Indonesia dari sisi Islamic dan sisi socially responsible investment. Kebaharuan yang diangkat dalam penelitian adalah menguji kinerja saham ISRI dengan berbagai metode dan pembentukan portofolio saham ISRI dengan beberapa kualifikasi khusus. Harapan dari adanya tulisan tersebut adalah untuk menambah kontribusi bagi praktisi, pemerintah, dan akademik.
Mbak Alyta mengatakan bahwa timnya mendapatkan beberapa pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab dari peserta dan juri yang menguji paper saat presentasi. Hal ini dikarenakan peserta dan juri FREKS 2019 berasal dari akademisi dan praktisi. Banyak pembelajaran yang didapat oleh Mbak Alyta dan tim dari beragam respon yang diberikan oleh peserta maupun juri, seperti kritikan tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki kulaitas paper sehingga layak untuk dipublikasikan pada jurnal internasional. “Kata salah satu juri, paper kami bisa disukai banyak jurnal karena metode yang digunakan lengkap, tapi perlu beberapa perbaikan” kata Mbak Alyta dalam wawancara.
Semangat menulis yang ada pada Mbak Alyta sebenarnya tumbuh berkat adanya tekanan dari MD. Tekanan tersebut membuat Mbak Alyta jauh lebih mudah dalam memahami bagaimana tahapan dalam membuat artikel ilmiah. Mbak Alyta berharap agar teman-teman MD bisa terus semangat untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama belajar di MD dalam kehidupan. “Semisal teman-teman suka menulis, cobalah untuk mengikuti kompetisi-kompetisi menulis atau konferensi atau bahkan publikasi, karena setiap usaha tidak ada yang sia-sia, pasti semuanya akan menuai hasil dari setiap usaha. Kuncinya adalah sabar, ikhlas, dan niatkan untuk belajar. Dua tahun sebelumnya kami gagal dan ikut kompetisi ini lagi, alhamdulillah dengan belajar dari pengalaman sebelumnya, kami bias masuk jadi finalis dan menang” pesan Mbak Alyta. Selain itu, Mbak Alyta juga mengatakan bahwa salah satu pembelajaran yang didapat selama mengikuti kompetisi adalah “menulislah dengan ikhlas dan niatkan untuk belajar” karena dengan begitu apa pun hasil yang didapat saat mengikuti lomba, ilmu yang dipelajari saat menulis akan bertambah.
Berikut beberapa tips yang diberikan Mbak Alyta untuk teman-teman MD: (1) baca dan dalami tema acara atau konferensi yang akan diikuti, (2) usahakan paper yang dibuat memiliki keterkaitan dengan tema tersebut serta berikan inovasi yang bisa digunakan untuk penyelenggara berdasarkan hasil riset data-data yang valid, (3) berikan data-data asli dan landasan yang kuat disetiap argumen yang dibuat, (4) harus bisa memparafrase kutipan karena lomba yang diadakan oleh BI dan OJK biasanya di cek dulu plagiarism nya, dan (5) jika gagal, jangan menyerah, evaluasi hal apa yang membuat gagal lalu perbaiki di periode selanjutnya karena kupu-kupu yang indah berasal dari proses usaha yang panjang dan keras. Wawancara kami ditutup oleh pesan yang indah dari Mbak Alyta, pesan tersebut adalah “Berkaryalah dengan passion yg teman-teman miliki, lakukan dengan ikhlas dan niatkan terus untuk belajar supaya mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. Itulah cerita singkat yang dibagikan Mbak Alyta untuk teman-teman MD. Semoga pengalaman tersebut dapat menginspirasi teman-teman MD untuk terus semangat dalam menulis dan berbagi ilmu.
Reporter : Asri Sekar Mawar Firdausi (Div. Humas) Editor : Dian Aziza Js (Div. Humas)